Sarjana peternakan yang tersebar, baik profesi dan lokasinya, telah mewarnai perjalanan dan pembangunan nasional di negeri yang kita banggakan ini. Ada banyak profesi yang saat ini dijalani mereka, mulai dari dosen, aparat sipil negara diberbagai kementerian dan dinas provinsi-kabupaten-kota, anggota legislatif, wartawan, eksekutif perbankan dan asuransi, serta menjadi pengusaha di berbagai sektor seperti konstruksi & properti, pariwisata, perhotelan, hingga event organizer, selain pastinya mereka yang berkiprah langsung di bisnis peternakan, hulu hingga hilir.
Lantas, dalam keragaman profesinya tersebut, sebagai individu yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu peternakan dan alumni sebuah perguruan tinggi, adakah kesempatan yang dapat mereka sumbangkan untuk turut memperkuat peran sektor ini? Jawabannya adalah ada dan tersedia. Namun, sebelum itu terwujud, ada tantangan yang harus dipenuhi yakni sebuah komitmen guna membangun sinergi yang kuat diantara komunitas Alumni (A), antara komunitas alumni dengan Perguruan Tinggi (PT), dan komunitas alumni dengan Mahasiswa (M). Trilogi A-PT-M ini, bagai bangunan prasyarat yang harus tersedia dan terbangun kuat guna mengembangkan komunikasi, kontribusi dan kolaborasi agar memunculkan gagasan, ide, terobosan, hingga program-program yang mengusung kekinian dan bermanfaat bagi masyarakatnya.
Alumni perguruan tinggi dengan latar belakang pendidikan yang relevan dengan sektor ini, apapun dan dimanapun berkiprah, kiranya tak salah bila mulai menyatukan potensi melalui asosiasi alumninya masing-masing, diawali dengan minat dan tanggung jawab, dilanjutkan dengan hubungan yang bernilai dan diakhiri dengan manfaat bagi semua. Dan, jangan lupa, era digital, akan semakin memudahkan peran strategis ini menjadi sebuah keniscayaan yang seharusnya semakin memampukan alumni menyokong kampus, mahasiswa, masyarakat, dan bangsanya.
Membicarakan “kekinian”, kiranya dengan mendalami isu yang pernah menjadi “trending topic” dan masing “hangat”, informasi yang kita peroleh melalui internet dan bantuan mbah Google, adalah salah satu pilihan popular yang dapat kita lakukan. Salah satu singkatan yang paling banyak dicari di Google pada akhir 2015 hingga awal 2016 adalah SDGs yakniSustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru untuk 2015–2030, pengganti MDGs (Millennium Development Goals), dokumen ini terdiri dari 35 halaman, dan telah disepakati oleh lebih dari 190 negara. SDGs berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan. Kita dapat mempelajari dan mencermatinya langsung melalui laman website Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu di https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs.
Lalu, mengapa alumni sebagai bagian dari trilogi A-PT-M, harus menjadi lokomotif untuk mendukung beberapa tujuan SDGs di Indonesia?Keberagaman kiprah sarjana peternakan, sejatinya dapat menjadi berkah untuk menularkan pengalaman, pengetahuan, prestasi,dan reputasi yang telah digapainya di bidang dan profesinya masing-masing, untuk kemudian membangun sinergi dalam mendukung penguatan perguruan tinggi yang telah melahirkannya sebagai sarjana. Selanjutnya,perguruan tinggi dapat semakin terbuka untuk alumni dan kiranya akan semakin kuat untuk mendorong prestasi mahasiswanya yang terinspirasi oleh berbagai program yang digagas ikatan alumni mereka.
Pertanyaannya, bagaimana sinergi Trilogi A-PT-M dapat memainkan peran penting dalam pencapaian SDGs ? Langkah mudah yang dapat ditempuh antara lain adalah melalui penyelarasan dengan posisi strategis sektor peternakan di Indonesia dalam mencapai tujuan-tujuan SDGs. Dari 17 SDGs, terdapat 6elemen penting pada SDGs, yaitu: 1) Pembangunan manusia dengan memastikan kesehatan dan pendidikan masyarakat termasuk perempuan dan anak-anak; 2) Penghapusan kemiskinan dan memerangi ketidaksetaraan; 3) Menumbuhkan perekonomian yang kuat, inklusif dan transformatif; 4) Mempromosikan masyarakat yang aman dan damai; 5) Membangun kerja sama untuk memperkuat solidaritas global guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan; 6) Melindungi ekosistem untuk kepentingan semua dan generasi mendatang.
Dari 6 elemen tersebut pilar-pilar yang menjadi perhatian adalah pembangunan manusia, ekonomi, lingkungan hidup, dan tata kelola. Rasanya tidak terlalu rumit untuk mengidentifikasi posisi strategis sektor peternakan sekaligus juga peran yang dapat dimainkan trilogi A-PT-M dalam menyokong empat pilar tersebut. Pertama, pilar pembangunan manusia, sangat terkait erat dengan penyediaan layanan dasar bagi hidup dan kehidupan kita. Tujuan-tujuan SDGs kemudian dikelompokkan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah menjamin kehidupan yang sehat. Tidak terbantahkan bahwa produk utama sektor peternakan menyumbangkan hasilnya yang sungguh bermanfaat bagi kita. Susu, daging sapi, daging ayam, dan telur menjadi bahan pangan bernilai dengan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan, sehingga mendukung individu yang produktif dan kompetitif. Aspek ini, sungguh merupakan tantangan bagi kita, dimana tingkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih ketinggalan dibandingkan negara-negara tetangga.
Kedua, pilar pembangunan lingkungan hidup, dilakukan melalui pendekatan guna memastikan terciptanya ketahanan pangan dan gizi yang baik, membuka akses ke sumber air dan kondisi sanitasi yang baik, menjamin energi yang berkelanjutan, memastikan pola konsumsi dan produksi berkelanjutan, mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya, mengelola aset sumber daya alam, mengelola ekosistem yang berkelanjutan serta berupaya untuk menekan dan bahkan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati. Budidaya peternakan, wajib memperhatikan kontribusinya dalam isu Gas Rumah Kaca (GRK). Oleh karenanya, konsepsi-konsepsi green industry sebagai istilah populer bagi industri berkelanjutan, harus menjadi perhatian serius sektor ini.
Ketiga, pilar ekonomi yakni penciptaan situasi untuk selalu mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pekerjaan yang layak untuk semua lapisan masyarakat, membangun infrastruktur, mempromosikan industrialisasi dan inovasi yang inklusif dan berkesinambungan, membangun kota-kota dan permukiman manusia yang inklusif, aman, damai, dan selalu memperhatikan aspek berkelanjutan. Sektor peternakan, menjadi penyerap tenaga kerja dan kerap menjadi sektor perintis bagi tumbuh-kembangnya suatu daerah, maka tak pelak lagi, di pilar inipun industri peternakan memainkan peran-peran strategis.
Keempat, pilar tata kelola, ditekankan pada segenap upaya untuk mengurangi kesenjangan dalam dan antarnegara, memastikan keadaan masyarakat yang stabil dan damai, serta memperkuat berbagai upaya pelaksanaan dalam merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan. Misalnya dalam perdagangan ternak dan hasil peternakan, baik antara daerah maupun antar negara, wajib memperhatikan kesepakatan-kesepakatan terkait keberlanjutan dan selalu ditekankan untuk mengedepankan transparansi dan akuntabilitas, serta menghargai hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bertransaksi.
Sepertinya, gambaran tersebut diatas cukup jauh dan sulit apabila komunitas alumni harus menjadi lokomotifnya dalam mendukung pencapaian berbagai tujuan SDGs. Memang tidak mudah, namun bukan berarti tidak mungkin, bukankah komunitas alumni dapat membangun program-program kecil yang memiliki lingkup dan dampak terbatas? Ada banyak pilihan topik lokakarya, focus group discussion, seminar, lomba-lomba penelitian, pembangunan pilot program, hingga kegiatan alumni social responsibility, yang kesemuanya dapat dan harus melibatkan kampus sekaligus Unit Kegiatan Mahasiswa-nya serta mulai memuat dan atau menyertakan isu strategis dari tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Mari mulai, sedikit menyisihkan waktu dan perbedaan, bangun sinergi untuk negeri, melalui pembangunan sektor peternakan yang berkelanjutan. TROBOS
No comments:
Post a Comment