Ingin menghasilkan lulusan sebagai pelaku usaha yang berbasis keahlian agar menjadi generasi muda bisa hidup mandiri
Tidak seperti sekolah di perkotaan yang mudah akses transportasinya, sekolah kejuruan di daerah Lemah Sugih Majalengka Jawa Barat ini justru berada di area dataran tinggi yang dikelilingi perkebunan. Meski terkesan berada di daerah terpencil tidak menyurutkan para pelajar yang berasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat ini untuk menimba ilmu di sekolah yang bernama SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Aulia Teladan Mandiri (ATM).
Kepala Sekolah SMK ATM, Mursidin menyatakan, sekolah yang didirikan di 2014 ini memiliki visi untuk menghasilkan lulusan sebagai pelaku usaha yang berbasis keahlian masing-masing baik di bidang peternakan, pariwisata, maupun bisnis manajemen pemasaran.
“Kami ingin memastikan generasi muda bisa hidup mandiri. Mengambil filosofi ATM sebagai mesin uang maka sekolah ini pun diharapkan bisa menjadi cikal bakal mesin uang bagi para lulusannya,” terangnya kepada TROBOS Livestock.
Pria yang juga dosen di Jurusan Psikologi Universitas Islam Bandung ini mengungkapkan, lokasi sekolah yang berada di daerah pedesaan dimaksudkan agar bisa membuka mata para lulusan untuk membangun usaha di wilayahnya dan tidak melakukan urbanisasi.
“Lemah Sugih sangat cocok dan potensial untuk pengembangan agribisnis termasuk menjadikan sebagai wilayah agro wisata. Maka kami pun sedang mengembangkan usaha pertanian seperti dengan menanam singkong dan pisang yang diintegrasikan dengan peternakan,” terangnya.
Ia menguraikan, pembelajaran yang dilakukan di sekolah dengan tenaga pengajar sebanyak 20 guru ini menggunakan kurikulum dari pemerintah ditambah dengan kegiatan plus 3 yaitu tahfidz Alquran,bahasa inggris, dan kewirausahaan sebagai upaya pembentukan karakter pelajar. Adapun jurusan yang ada saat ini yaitu ATU (Agribisnis Ternak Unggas), UPW (Usaha Perjalanan Wisata), Daring (Dalam Jaringan/Internet Ecommerce) dan Pemasaran yang dominasi pelajar di jurusan peternakan.
“Tiga jurusan ini dipilih karena Majalengka kaya akan pariwisata tapi belum ada yang terkenal. Untuk peternakan, daerah disini kaya akan bahan baku pakan dan hijauan dan jurusan pemasaran untuk mensinergikan keduanya,” urai Mursidin.
Sementara ini, para pelajar secara gratis mengenyam pendidikan di sini karena diambil dari masyarakat pedesaan yang rata-rata secara ekonomi kurang mampu. Pilihan sekolah gratis ini pun sebagai upaya untuk mendongkrak partisipasi pendidikan masyarakat sekitar yang masih rendah. Setiap hari para pelajar yang berjumlah 149 orang praktik bergantian mengelola kebun dan peternakan yang ada seperti sapi dan domba agar terbiasa dalam mengelola usaha.
“Kami memiliki filosofi bahwa sekolah itu bukan mengantarkan pelajar mampu menjawab soal ujian tapi mengantar pelajar memastikan mampu menjawab soal kehidupan. Sekolah ini bisa dikatakan sebagai sekolah kehidupan nyata yang berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya,” klaim Mursidin.
Dalam pembelajaran kepada para siswa diterapkan konsep budaya ATM yang mencakup budaya spiritual, budaya kewirausahaan, dan budaya kepemimpinan. Juga konsep budaya belajar bagi para siswa dengan mewajibkan membaca buku secara rutin dan membuat rangkumannya dalam satu lembar.
“Pada tahap awal ada kendala dari para pelajar karena mereka punya kebiasaan di rumah dan belum terbiasa dengan budaya yang diterapkan di sekolah. Namun dengan lebih banyak praktik, pada pelajar bisa memahami bagaimana belajar di sekolah kehidupan,” ujarnya.
Kerjasama Dengan Swasta
Sebagai upaya pengembangan, pihak sekolah melakukan berbagai kerjasama dengan para pelaku usaha terkait yang berada di wilayah III Cirebon seperti super/minimarket, peternakan ayam dan sapi, serta UPT (Unit Pelayanan Teknis) atau balai milik pemerintah terutama dalam hal penyaluran siswa untuk kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan).
“Salah satu keunggulan sekolah kami yaitu para pelajar mudah mendapatkan tempat untuk kegiatan PKL meskipun harus bersaing dengan sekolah lain karena jadwal PKL-nya berbarengan,” ungkap Kepala Program Studi Peternakan SMK ATM, Dali Nurwahyudina.
Bahkan sebanyak dari 42 lulusan pertama sekolah ini sebagian besar sudah terserap dunia kerja yang berkaitan dengan keahliannya masing-masing.
“Tidak jarang mitra sekolah kami yang meminta lulusan di sini untuk bekerja di perusahaannya,” ungkap alumnus Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran tersebut.
Sumber: TROBOS
No comments:
Post a Comment